Negeri Sengketa

Israel-2013-Jerusalem-Temple_Mount-Al-Aqsa_Mosque_(NE_exposure)
Sumber: Gambar Masjid al-Aqsa di Wikimedia

Memori pada: 8 Juli 2014

Langit kelam kelabu disekat debu

Tak ada lembu hingga fajar di hari Rabu

Di tengah romansa Arab-Ibrani, jejak para Nabi

Membinasakan nyawa-nyawa suci atas Tanah Terjanji

 

Lihatlah bagaimana darah mengotori sepuluh deklarasi

Air mata yang menggenangi pilar-pilar rumah suci

Jerit histeris budak belia yang membuat miris

Mengikis peradaban bermoral sampai habis

 

Kemana Ababil yang dulu menghanguskan pasukan bergajah?

 

Enyahkah bersama wafatnya Sang Abrahah

Atau binasa ketika menyaksikan bulan terbelah

Oh Baginda, sesak dada ini dijejali berita duka Gaza

Tak sabar tangan ini ingin melayangkan sekadar batu bata

 

Langit meraung, mengumandangkan kalam perdamaian Tuhan

Sesaat setelah genderang perang bertalu; bertabuhan

Menyisir setiap jengkal nyawa para mujahid

Hingga mati dalam keadaan syahid

 

Dimana Peri yang dulu menyambut kepulangan tentara Uhud?

 

Telanjangkah bersama hamba yang bersujud

Atau berkelana layaknya seekor burung Hudhud

Oh Maharaja, retak hati ini menghitung jumlah syuhada

Jiwa ini ambruk di tengah perang saudara yang kian merajalela

 

Dengarlah saat seorang bocah memekik dengan suara yang lemah

Membuncah di tengah ribuan deru peluru bergaya panah

Mengumandang: “Aku melihat surga di Palestina!”

Dengan sungai-sungai dari darah syuhada

 

Mengapa Isa tak kunjung tiba, Musa hanya diam seribu bahasa?

 

Takutkah divonis buronan untuk kedua kalinya

Atau masih bersenda di pegunungan suci Thur Sina

Menunggu tentara Tuhan menyibak sekat tirai pembantaian

Menegur mereka yang memang tak asing dalam pembangkangan

 

Sejarah berbalik; budak menakhtakan dirinya sebagai raja

Dan yang tua senantiasa diperlakukan tindak aniaya

Apakah ini sebuah fakta dan realita? Tentu saja

Karena hanya mereka bangsa mulia, katanya

 

Apa Sulaiman terlanjur tiada sebelum akhirnya melerai sengketa?

 

Binasakah ajaran moralnya; tanpa tersisa

Dalam hitungan rayap menghabisi tongkatnya

Hingga seluruh tentara bebas berperilaku hina dina

Memotori setiap langkah peradaban jemaat di Palestina

 

Sebelah hatiku ingin tertawa, tapi sebelah lainnya berduka

Mengenang sejarah lama dan dihadapkan satu realita

Oh Mahasutradara, lerailah semua boikot sengketa

Dan tumbuhkan suasana surga dalam jiwa

 

Bagaimana Sang Sinishan Wahyu merangkai kepingan dengki?

 

Menjadi negeri yang asri, sepi dan abadi

Dirahmati Tuhan yang Mahamemberkati

Ah, entah nanti hingga aku mau mati . . .

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s